Ruqyah The Exorcism (2017)

Posted on

Ulasan Ruqyah: The Exorcism

Film Indonesia sampai saat ini masih berjuang untuk mendapatkan tempat di hati penontonnya, meskipun semakin banyak film yang diproduksi. Dengan kenyataan tersebut, indistri film harus benar-benar memilih film yang akan dibuatnya, sementara pasar tidak bisa ditebak. Akhirnya, para pelaku lebih memilih cara aman dengan membuat film-film yang sudah mempunyai pemirsa tersendiri di masyarakat meskipun kualitasnya pas-pasan. Misalnya dengan membuat film komedi situasi ala Warkop DKI, film cinta remaja, dan film horror.

Beberapa filom horror tergolong sukses di tahun 2017 ini. Di antaranya adalah film Danar (arahan Awi Suryadi), film Jailangkung arahan Rizal Mantovani dan Jose Pornomo, dan terakhir Pengabdi Setan, arahan Joko Anwar. Ikut bersaing di dalamnya, film Ruqyah : The Exorcism yang merupakan film horror kedua arahan Jose Pornomo yang baru saja rilis di akhir bulan Oktober 2017.

Film ini disutradarai dan ditulis oleh Jose Poenomo yang menurutnya berdasarkan kisah nyata seorang artis Indonesia yang terkenal. Diproduseri oleh Manoj Punjabi dengan bintang Evan Sanders, Celine Evangelista, Hikmal Nasution, Torro Margens, dan lain-lain. Durasi film sekitar 89 menit.

Sebenarnya maksud film ini adalah sesuai judulnya, mengisahkan aspek ruqyah dalam dunia klenik. Ruqyah yang dikenal dalam masyarakat umum sebagai cara mengusir makhluk halus dengan bacaan-bacaan Al qur’an dan mengembalikan orang yang diruqyah untuk beribadah dengan baik. Mengisahkan tentang persahabatan antara dua orang yang berbeda profesi dan terkadang bertentangan. Persahabatan antara Mahisa (Eva Sanders) yang wartawan dengan Asha (Celine Evangelista) seorang artis terkenal dan sudah mempunyai pacar Kevin (Hikmal Nasution). Persahabatan dan karakter yang diperankan sangat baik oleh pemeran keduanya. Hingga pada suatu saat Asha bercerita tentang makhlus halus yang seperti mengejar-ngejar dirinya setelah temannya meninggal bunuh diri. Mahisa kemudian membawa Asha pada seorang ahli agama Islam agar Asha dibersihkan jiwa dan raganya atau dengan kata lain diruqyah. Di sinilah kiash berlanjut, ketika ternyata makhluk halus yang diruqyah melakukan perlawanan dan ternyata memang dimasukkan oleh seseorang dengan sepengetahuan Asha sendiri agar dirinya dikenal dan dipuja banyak orang.

Kisah yang seharusnya bagus karena menggambarkan bagaimana masyarakat di zaman modern ini masih menggunakan cara-cara berhubungan dengan makhluk halus untuk memperoleh ketenaran dan kekayaan.

Namun, karakter tokoh tidak dibangun dengan baik. Banyak dialog yang diulang-ulang. Ditambah penggambaran kisah lain dari kelompok mistis yang memasukkan roh makhluk halus ke dalam tubuh gadis desa agar terkenal yang seperti dipaksakan menjadi bagian film. Akhir film menjadi tidak jelas arahnya. Tehnik dari film ini juga tergolong biasa saja, padahal film-film horor lain mengandalkan tehnik untuk film yang berkualitas. Selebihnya film ini seperti hanya mengandalkan ketertarikan penonton Indonesia yang memang masih banyak yang menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Selain bintang pemeran Ruqyah : the Exorcism yang bermain bagus dan penataan musik oleh Joseph S.Djafar, hampir tidak ada lagi bisa dikatakan bagus dari film ini. Bahkan para kritikus film Indonesia mengkatagorikan film sebagai film horor terburuk sepanjang tahun 2017. Sangat disayangkan memang. Tapi bagi Anda yang penasaran dengan jalan cerita atau penggemar bintang dari film ini, masih bisa ditonton di beberapa bioskop. Silakan menilainya sendiri.

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.