Sinopsis Saur Sepuh: Satria Madangkara – Film besutan Imam Tantowi ini mengisahkan konflik-konlik di kerajaan Majapahit yang memuncak menjadi Perang Paregreg.
Imam Tantowi adalah sutradara besar pada masanya. Saur Sepuh juga adalah film besar yang paling diingat dari tahun 1980an. Sebelum membuat Saur Sepuh: Satria Madangkara, Imam sudah membuat film Pasukan Berani Mati (1982), Lebak Membara (1983), Dia Sang Penakluk (1984), Carok (1985), Residivis (1985), Teroris (1986), Kelabang Seribu (1986) dan 7 Manusia Harimau (1986).
Film Saur Sepuh dibuat sandiwara radio Saur Sepuh karya Niki Kosasih yang populer di Indonesia pada tahun 80an. Film ini mengambil latar zaman Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Dalam sejarah, Kerajaan Majapahit berada di masa kejayaannya saat diperintah Raja Hayam Wuruk pada 1350-1389. Majapahit runtuh karena Perang Paregreg yang terjadi pada 1404.
Paregreg berarti perang yang terjadi selama setahap demi setahap. Pihak yang menang berganti-ganti, kadang dimenangkan Majapahit Timur yang dipimpin oleh Bhre Wirabumi, kadang dimenangkan oleh Majapahit bagian Barat di bawah komando Wikramawardhana.
Film Saur Sepuh: Satria Madangkara berhasil masuk nominasi Festival Film Indonesia 1988 untuk kategor penata musik dan penata artistik terbaik. Film ini memenangkan Piala Citra pada kategori penyunting film terbaik.
Bagaimana kisahnya? Simak sinopsis Saur Sepuh: Satria Madangkara berikut.
Sinopsis Saur Sepuh: Satria Madangkara
Saur Sepuh: Satria Madangkara berfokus pada seorang ksatria bernama Brama Kumbara yang berusaha mendamaikan perselisihan yang terjadi di Majapahit agar tidak menjadi perang yang menghancurkan kerajaan tersebut.
Namun dalam upaya itu, isterinya diculik sehingga dia harus bergerak untuk menyelamatkannya sekaligus menyelamatkan kerajaan.
Jenis film: Laga, Kolosal
Sutradara: Imam Tantowi
Produser: Handi Muljono
Penulis: Niki Kosasih
Pemeran: Fendy Pradana, Harto Kawel, Sirjon De Gaut, Murti Sari Dewi, Hengky Tornando, Anneke Putri, Elly Ermawatie, Wenny Rosaline, Atut Agustinanto, Baron Hermanto, Belkiez Rachman, Chitra Dewi
Musik: Harry Sabar
Sinematografi: Herman Susilo
Penyunting: Janis Badar
Tanggal rilis: 1987
Durasi: 90 menit
Trailer
Plot
Majapahit berada di ambang perang saudara. Bhre Wirabhumi (Harti Kawel) adalah putra dari Raja Hayam Wuruk dengan selirnya. Dia menuntut dijadikan sebagai Raja Majapahit yang saat itu dipimpin oleh Wikramawardhana (Sirjon De Gaut).
Wikramawardhana adalah menantu Hayam Wuruk yang diwarisi menjadi Raja Majapahit. Bhre Wirabhumi mendirikan kerajaan sendiri bernama Kerajaan Pamotan dan berusaha mencari dukungan.
Dia menggalang dukungan dari berbagai kerajaan yang menjadi sahabat Majapahit. Namun, Brama Kumbara (Fendy Pradana) yang berasal dari Kerajaan Madangkara berusaha mendamaikan perselisihan ini.
Terjadi kesalahpahaman yang membuat utusan Brama dibunuh. Dia lalu menyamar menjadi Satria Madangkara dan berhasil membalas dendam hingga membunuh orang yang membunuh utasannya.
Dendam rupanya hanya melahirkan dendam yang baru. Lasmini (Murti Sari Dewi), kekasih pembunuh yang dibunuh oleh Brama, kini menuntut balas. Dia menculik isteri Brama.
Konflik-konflik yang terjadi mencuat menjadi Perang Paregreg antara Majapahit dan Pamotan dalam adegan perang besar (kolosal).