Sinopsis Asy Syahid KH. Zainal – Asy Syahid KH. Zainal merupakan sebuah film asli Indonesia yang mengusung berbagai genre sejarah, biografi, dan religi. Film nasional ini mengisahkan tentang perjuangan seorang Kyai bernama KH. Zainal Musthafa dan para santri yang tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren Sukamanah yang terletak di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam masa penjajahan Jepang.
Bagi mayoritas penduduk di daerah Tasikmalaya, nama KH. Zainal Musthafa sudah sangat lekat di kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan paling tidak, penduduk setempat mengenalnya sebagai nama sebuah jalan di pusat kota Tasikmalaya, atau nama sebuah monument perjuangan.
Selain itu, besar kemungkinan kalau mereka juga mengenalnya sebagai sebuah nama Yayasan pendidikan yang ada di desa Sukarapih, Sukarame. Disatu sisi, ada pula yang mengingat sekaligus mengenalnya sebagai sosok seorang ulama penuh kharismatik dan sebagai salah seorang pahlawan Nasional.
Terlebih lagi, biasanya setiap tanggal 25 Februari di Kabupaten Tasikmalaya selalu mengadakan sebuah acara khusus. Tak lain acara tersebut diadakan untuk memperingati perjuangan KH. Zainal Musthafa.
Siapa Itu KH. Zainal Musthafa?
Beliau merupakan seorang pejuang Islam pertama dari Jawa Barat yang mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang. KH. Zainal Musthafa lahir dari keluarga berkecukupan yang merupakan putra dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah. Sewaktu masih kecil, beliau biasa dipanggil dengan Nama Hudaeni. Namanya menjadi Zainal Musthafa setelah dirinya menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.
Pada tanggal 26 Desember 2016 di Tasikmalaya, produksi Sultan 21 Picture Present telah memulai syuting film yang berjudul “Sang singa Singaparna”. Film tersebut telah mengusung genre sejarah, biografi dan religi yang mana menceritakan mengenai kisah perjuangan KH. Zainal Musthafa bersama para santrinya saat masa penjajahan Jepang di Indonesia.
Sinopsis
Awal cerita dari Film ini dimulai ketika Pimpinan Pondok Pesantren Sukamanah Tasikmalaya beserta para santrinya kerap mengalami siksaan. Tak hanya disiksa, bahkan mereka juga dipenjara oleh pemerintahan Jepang. Hal itu membuat ratusan santri kehilangan nyawa mereka.
Sementara itu puluhan santri lainnya juga dilaporkan menghilang termasuk sang Pimpinan Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa. Mereka ada yang menghembuskan nafas terakhir di Penjara Sukamiskin Bandung, yakni sebanyak 38 orang dan banyak yang cacat kehilangan mata.
Beberapa tokoh Tasikmalaya yang juga termasuk bupati juga ikut bermain dalam film genre sejarah tersebut. Seperti yang diketahui, film ini dibintangi olek aktor papan atas Ali Zainal yang berperan sebagai KH. Zainal Musthafa. Dalam mendapatkan peran ini, Ali mengaku sangat berat. Untuk itu berkali-kali dirinya bertawasul kepada almarhum agar dilancarkan semua proses syutingnya.
Dalam film tersebut digambarkan bagaimana sikap keberanian dari Sang Singaparna KH. Zainal Musthafa ketika melawan para penjajah Jepang. Perjuangan KH. Zainal Musthafa pun dimulai saat semua alim ulama atau para ajengan yang berada di sekitar Singaparna Tasikmalaya harus berkumpul di Alun Alun Kota Singaparna.
Di bawah todongan senjata para ulama diminta harus tunduk ke arah Tokyo atau seikerei. Lantaran kala itu situasinya sangat menegangkan membuat mereka merasa takut hingga akhirnya para ulama itu termasuk Kiai Rukhiyat Pendiri Pesantren Cipasung menuruti perintah itu.
Namun ternyata tidak untuk KH. Zainal Musthafa, ia sama sekali tidak takut. Bahkan hanya KH. Zainal Musthafa satu-satunya ulama yang berani membangkang. Tentu ada alasan kuat dibalik keberaniannya, Sang Singa Singaparna punya keyakinan perbuatan itu musyrik (Menyekutukan Tuhan). ”Lebih baik mati ketimbang menuruti perintah orang-orang Jepang,” Ucapnya.
Sejak saat itu juga dia memberanikan diri menabung genderang perlawanan terhadap penjajah Jepang. Pasalnya ia sudah tidak tahan lagi menyaksikan penderitaan yang dirasakan oleh warga setempat.
Kemudian KH. Zainal Musthafa bersama para santrinya merencanakan gerakan tanggal 25 Februari 1944 (1-Maulud 1363 H). Persiapan melawan Jepang direncanakan dengan sangat matang. Ia meminta pada para santri untuk mempersiapkan bambu runcing dan juga golok. Mereka terus melakukan latihan demi memperdalam ilmu pencak silat.
Selain itu, KH. Zainal Musthafa juga membekali para santrinya dengan latihan spiritual seperti melakukan puasa sunnah, mengurangi tidur, dan membacakan wirid-wirid Dzikir untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan Pencipta Alam.
Namun ternyata, persiapannya dalam melawan Jepang terendus oleh pihak lain. Hal itu lantas membuat Jepang langsung mengirimkan utusan dan Camat Singaparna beserta 11 staff lainnya. Rupanya kedatangan mereka untuk menangkap KH. Zainal Musthafa.
Dan perintah itu seketika di tolak oleh KH. Zainal Musthafa. Hingga akhirnya penolakan tersebut memancing keributan. Kejadian itu menewaskan empat opsir. Bahkan ada pula santri bernama Nur meregang nyawa setelah terkena tembakan dari salah satu opsir Jepang.
Sontak saja kejadian itu langsung memicu kemarahan Jepang. Pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB, truk tentara Jepang sempat mendekati garis depan pertahanan Sukamanah. Tak lama kemudian terdengar suara takbir, tentu saja hal itu membuat pasukan Sukamanah sangat terkejut saat dihadapan mereka ternyata bangsanya sendiri. Ternyata tentara Jepang sukses menggunaka taktik adu domba dan menghasut bangsanya.
Sebuah peristiwa yang digambarkan kejadian yang amat heroic. Ratusan santri Pondok Pesantren Sukamanah ikut terlibat dalam peristiwa pertempuan dan perkelahian jarak yang begitu dekat.
Namun sayang dua kekuatan tersebut jelas sangat tidak seimbang, senapan mesin, pistol, dan granat pasukan Jepang yang dipakai pasukan Tanah Air yang sudah terhasul oleh Politik adu domba Tentara Jepang itu juga berhadapan dengan para pasukan yang dipimpin oleh KH. Zainal Musthafa yang saat itu hanya punya senjata berupa bambu runcing, pedang bambu, serta batu.
Sekitar satu setengah jam, pertempuran itu berakhir sangat pilu. Puluhan santri Ponpes Sukamanah banyak yang meregang nyawa dalam pertempuran tragis. Ada 86 orang yang dinyatakan mati Sahid dalam pertempuran tersebut.
Jenis Film : Drama, History
Durasi : 140 menit
Negara Asal : Indonesia
Sutradara : Bara Bantalaseta
Penulis Naskah : Bara Bantalaseta
Produser : Agus Herdis
Pemain : Ali Zainal, Krisni Dieta, Toro Margens, Annisa Shifa, Tahtania Regina
Produksi : Sultan 21 Pictures
Rilis : TBA Februari 2018
Review
(belum ada)