Gangguan Identitas Disosiatif (GID), atau yang lebih dikenal dengan sebutan kepribadian ganda adalah sebuah kondisi dimana identitas seseorang terbagi menjadi dua kepribadian atau lebih dan setiap kepribadian memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda satu sama lain. Dua atau lebih kepribadian itu berada dalam satu individu dan bergantian memegang kendali atas individu itu. Beberapa orang menganggap fenomena itu sebagai kerasukan atau kesurupan, padahal tidak. Orang yang mengalami gangguan itu biasanya mengalami kehilangan ingatan yang berbeda dengan orang lupa pada umumnya. Gangguan ini biasanya terjadi pada para korban tindak kekerasan pada masa kecilnya.
Gangguan ini lebih mengarah ke pemecahan identitas daripada pemisahan kepribadian yang berbeda. Oleh karena itu nama gangguan ini sempat mengalami perubahan. Sebelumnya nama gangguan ini adalah Gangguan Kepribadian Majemuk, kemudian pada tahun 1994 diganti menjadi Gangguan Identitas Disosiatif untuk menyesuaikan dengan kondisi dari gangguan tersebut, yaitu mengenai pemecahan identitas, bukannya pertumbuhan dari kepribadian yang terpisah.
Sebutan Gangguan Identitas Disosiatif lebih tepat dipakai karena memang pada gangguan ini ada sebuah identitas utama dan ada pecahan identitas lain yang biasa disebut alter ego. Gangguan ini terjadi karena kegagalan untuk mengintegrasikan berbagai aspek dari identitas, ingatan, dan kesadaran ke dalam sebuah individu.
Biasanya identitas utama akan membawa nama asli dari individu itu, identitas utama juga bersikap pasif, bergantung pada orang lain, merasa bersalah dan depresi. Sementara itu, pecahan identitas atau alter ego yang sedang memegang kendali akan terlihat memiliki identitas, sejarah, dan pengalaman yang berbeda dari identitas utama. Karakter dari pecahan identitas itu, mulai dari nama, umur, jenis kelamin, kosakata, pengetahuan, sampai suasana hatinya akan terlihat kontras dari identitas utama. Situasi tertentu akan memicu munculnya pecahan identitas itu, dalam kasus lebih dari dua identitas akan mungkin terjadi konflik antar pecahan identitas tersebut.
Kondisi saat pecahan identitas sedang memegang kendali atas tubuh individu sering terlihat seolah-olah ada roh atau arwah yang sedang menguasainya. Itulah sebabnya mengapa banyak yang mengira gangguan ini sebagai kerasukan atau kesurupan. Padahal kondisi tersebut hanya akan muncul pada situasi tertentu yang memicu munculnya pecahan identitas, bukan karena adanya kekuatan gaib atau hal mistis lainnya. Gangguan ini juga tidak disebabkan oleh efek psikologis dari suatu zat ataupun kondisi medis secara umum. Gangguan ini lebih dikarenakan oleh trauma akibat kejadian yang dialami oleh individu sehingga memunculkan kepribadian lain untuk mengatasi masalah yang menimpanya.
Ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi untuk menilai apakah seseorang mengalami gangguan identitas atau tidak.
- Individu merasakan adanya dua atau lebih identitas yang berbeda di dalam dirinya.
- Gangguan pada identitas ini mengakibatkan perubahan tingkah laku, kesadaran, ingatan, sudut pandang, pengetahuan dan tindakan.
- Berulangkali melupakan ingatan yang berkaitan dengan riwayat pribadi, misalnya orang yang pernah ditemui, tempat yang pernah didatangi, dan kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Hal ini berbeda dengan kelupaan pada umumnya.
- Penderita mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga memiliki kelemahan dalam bidang sosial, dunia kerja, dan bidang penting lainnya.
Selain itu ada beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang mengalami gangguan identitas ini. Berikut adalah beberapa diantaranya.
- Pecahan identitas tertentu akan muncul dalam situasi yang tertentu pula, transisi dari satu identitas ke identitas lainnya ini biasanya dipicu oleh masalah yang dialaminya. Tiap identitas memiliki kepribadian masing-masing dan terjadi perubahan kondisi yang fluktuatif dari individu itu bergantung dari kepribadian yang muncul.
- Penderita gangguan ini biasanya merasa seperti sedang mengawasi dirinya sendiri, baik dari ucapan maupun tindakan. Mereka juga mendengar banyak suara dalam dirinya, yang berada di luar kendalinya, seperti gejala pada penderita skizofrenia. Selain itu penderita akan mengalami gejolak emosi yang tiba-tiba muncul dan bukan berasal dari dirinya sendiri. Dan yang terakhir biasanya mereka mengalami perubahan pada kondisi tubuh dan sikapnya.
- Kadang-kadang penderita gangguan ini seperti sedang mengalami amnesia. Mereka akan berada di suatu tempat tanpa mengetahui bagaimana mereka pergi ke sana dan mengapa mereka ke sana. Atau terkadang saat berada di suatu tempat, mereka merasa familiar dengan tempat itu tetapi tidak tahu kapan mereka pernah ke sana.
- Lebih dari 70 persen penderita gangguan ini memiliki kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri dan melakukan upaya bunuh diri. Pengobatan atau terapi menjadi penting untuk dilakukan demi meningkatkan kualitas hidup mereka dan mencegah mereka untuk bunuh diri.
Penyebab utama dari Gangguan Identitas Disosiatif ini adalah trauma yang timbul akibat kekerasan fisik atau pelecahan seksual yang dialaminya, terutama pada masa kecil. Berdasarkan survey, sekitar 90 persen penderita GID di Amerika dan Eropa adalah mereka yang mengalami kekerasan atau pelecehan di masa kecilnya.
Namun selain itu gangguan ini juga bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetik. Beberapa studi menunjukkan bahwa gangguan ini bisa dialami oleh individu yang mempunyai kedekatan biologis atau memiliki anggota keluarga yang juga mengidap gangguan tersebut.
Pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita GID adalah psikoterapi dalam jangka panjang. Tujuan dari psikoterapi adalah menemukan pecahan identitas yang ada dalam seseorang dan mempersatukan mereka menjadi satu individu. Terapis akan melakukan proses hipnotis untuk mengetahui karakter dari masing-masing identitas dan membuat hubungan yang baik dengan mereka. Setelah itu terapis akan membuat Identitas utamanya menyadari dan menerima pecahan identitasnya, karena biasanya Identitas utama tidak mengetahui tentang pecahan yang ada di dalam dirinya, sedangkan pecahan identitas itu sadar akan keberadaan Identitas utama, bahkan dalam film Split pecahan identitas itu berupaya menggeser posisi Identitas utama.
Proses integrasi dari berbagai Identitas itu membutuhkan waktu yang lama dan tidak selalu berjalan mulus. Karena saat proses tersebut Identitas utama akan merasakan lagi berbagai masalah yang dialami oleh pecahan identitasnya, ada kalanya Identitas utama berhasil mengatasi itu semua, namun ada juga yang tidak berhasil untuk mempersatukan pecahan identitasnya.
Meskipun tidak ada obat medis yang bisa digunakan untuk gangguan ini tetapi obat anti-depresan dan anti-psikotik kerap digunakan untuk membantu mempertahankan kondisi kesehatan dan kejiwaan dari penderita gangguan tersebut. Dengan perawatan dan terapi yang tepat, banyak penderita GID yang berhasil meningkatkan kemampuan dan kondisinya sehingga bisa berguna dalam dunia kerja dan dalam kehidupan sehari-hari.