Ulasan film Jomblo (awas spoiler)
Jomblo merupakan film Indonesia yang bergenre drama komedi. Film ini bercerita tentang empat orang sahabat, mereka yaitu Agus, Doni, Bimo dan Olip yang memiliki status jomblo. Film ini diadaptasi dari novel karya Adhitya Mulya yang sekaligus menjadi penulis skenario dalam film ini. Film ini mendapat arahan dari sutradara film yang cukup terkenal, yaitu bernama Hanung Bramantyo untuk rumah produksi Sinemart.
Pada tahun 2006, film ini pertama kali dirilis dan diperankan oleh aktor-aktor berkualitas yang sudah dipuji lewat nominasi Piala Citra untuk pemeran pria terbaik dan pemeran pembantu pria terbaik. Masing-masing untuk Ringgo Agus Rahman dan Dennis Adhiswara. Selain itu, pemainnya ada Christian Sugiono dan Rizky Hanggono Kini, setelah 11 tahun film ini kembali dibuat dengan penulis dan sutradara yang sama hanya kali ini untuk rumah produksi Falcon Pictures. Pemainnya juga berbeda, pada film jomblo tahun 2017 yang memerankan yaitu Ge Pamungkas sebagai Agus (mahasiswa teknik sipil semester 4), Arie Keriting sebagai Bimo (bersasal dari Yogyakarta), Richard Kyle sebagai Doni (dewa ganteng pemikat wanita) dan yang terakhir Deva Mahenra berperan sebagai Olip (hanya menyukai satu cewek). Selain itu, ada Aurelie Moeremans, Joe Project, Natasha Rizky, Indah Permatasari dan masih banyak lagi artis papan atas yang akan membintangi film ini.
Jika dibandingkan dengan film Jomblo terdahulu, film Jomblo yang sekarang memiliki cukup banyak perbedaan. Karakter Agus yang sekarang masih sama yaitu sebagai pemuda yang culun. Bimo yang awalnya orang joga asli berubah menjadi orang dengan casing papua yang lahir di Jogja. Olip juga menjadi orang yang pendiam, namun dia orang yang setia. Sementara Doni masih menjadi seorang playboy yang suka main-main dengan cewek.
Bimo yang diperankan oleh Dennis Adhiswara di film originalnya rajin menggunakan logat Jogja. Suatu ketika dalam kesempatan ngeceng di kampus lain, Bimo (Adhiswara) heboh karena melihat Hanoman sehingga bikin malu sahabatnya yang lain. Sementara adegan itu diganti dengan Bimo (Arie Kriting) yang menempelkan bom sehingga membuat keonaran.
Selain latar belakang karakter, jalan ceritanya pun juga berbeda. Misalnya Bimo (Adhiswara) memiliki gadis pujaan sendiri, namun Bimo (Arie Kriting) berselisih dengan Agus karena telah merebut pujaan hatinya, Lani. Kemudian, cerita cinta segitiga Olip, Asri, Doni juga berubah. Olip di film Jomblo (2006), dia membutuhkan waktu untuk berani berkenalan dengan Asri. Sedangkan Doni juga menyukai Asri, maka timbullah konflik diantara mereka bertiga yang berujung Doni jadian dengan Asri dan Olip tetap jomblo. Namun, Olip di film Jomblo (2017) dia memberanikan diri untuk berkenalan lebih cepat dengan Asri yang langsung ditolak. Olip juga meminta bantuan Doni sebagai Mak Comblang antara dirinya dan Asri.
Perbedaan selanjutnya adalah perlakukan Hanung Bramantyo terhadap film ini. Dalam film Jomblo (2017), Bramantyo ingin membuat film ini lebih kekinian, terutama dengan teknologi yang sudah berkembang sekarang.
Teknologi membuat hidup manusia semakin mudah dan instan. Termasuk dalam urusan mencari jodoh. Bimo tak perlu pergi ke tempat keramaian untuk ngecengin cewek. Ia hanya perlu berselancar di Instagram, ajak kenalan, lalu ketemuan. Telepon rumah sudah tidak laku lagi. Sekarang jamannya chatting lewat handphone. Doni juga jadi lebih sering pamer cewek-cewek sambil bertelanjang dada via video-call.
Selain diperlakukan lebih kekinian, film Jomblo (2017) juga diisi lebih banyak cerita lucu, terutama lewat karakter Agus dan Bimo. Beberapa leluconnya berhasil memancing tawa. Adegan Agus ketika pertama kali kencan dengan Rita itu sangat lucu. Ia bermain dengan realitas sebagian pria yang kikuk saat kencan pertama. Sisi lain Agus sampai keluar untuk memberi pelajaran tentang kiat-kiat berpacaran, sambil mengaduh ketika Agus salah berbicara.
Sebagian humornya masih mengandalkan humor slapstick. Selain itu, ia juga mengejek bentuk tubuh dan bentukan wajah. Seburuk-buruknya persepsi orang tentang Bimo (Adhiswara), tak pernah ada yang mengejek wajahnya. Namun penekanan pada sisi humor ini sebenarnya bisa berhasil jika digunakan secukupnya saja. Film Jomblo (2017) tidak seperti itu. Ia terlihat terlalu asyik mengeksplor lelucon yang sebenarnya tidak terlalu lucu.
Satu hal yang membuat film Jomblo (2006) begitu dikenang adalah kisahnya yang relatable atau dekat penonton, khususnya oleh para remaja angkatan 2000-an. Kita akan sangat mudah untuk merasa mirip dengan nasib para tokohnya. Serta persahabatn mereka yang dekat meskipun sempat mengalami konflik.
Banyak sekali orang yang bernasib sama seperti Olip, tertikung oleh sahabatnya sendiri. Atau seperti Agus yang bingung memutuskan antara selingkuh atau komitmen. Atau seperti Doni, bad boy insaf, atau justru seperti Bimo, jomblo FTW!
Tetapi dalam film Jomblo (2017) ini, hal seperti itu tak lagi terasa ada. Bimo (Arie Kriting) lebih tampak seperti komedian tunggal daripada tipikal cowok kikuk yang buta tentang bagaimana cinta bekerja. Doni (Richard Kyle) lebih terasa seperti predator. Tidak ada yang ingin menjadi predator tanpa alasan jelas seperti Doni ini. Sementara itu Richard Kyle lebih baik jadi model saja.
Di tempat lain, karakter Olip tak digali lebih dalam lagi meskipun Deva Mahenra berhasil memerankan karakter Olip yang teguh namun menyimpan perih. Paling hanya Agus, itu pun karena ia diberi lebih banyak waktu untuk berkisah tentang dirinya sendiri. Apresiasi juga untuk Ge Pamungkas yang cukup baik ketika bermain peran atau mengisi suara narator.
Pada akhirnya, film Jomblo (2017) memiliki ending yang berbeda dengan film Jomblo (2006). Film Jomblo (2017) ini lebih seperti film komedi biasa daripada film Jomblo (2006) yang ceritanya lebih memorable.
Terima kasih sudah menyimak sinopsis JOMBLO dan ulasannya, semoga bermanfaat.