Sinopsis Enak Tho Zamanku – “Enak Tho Zamanku” merupakan jargon yang sudah melekat dengan warga Indonesia. Entah siapa yang memulai, namun ungkapan ini diucapkan untuk membandingkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik di tengah masyarakat. Kalimat ini digunakan untuk membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi pada zaman sebelum reformasi. Namun, seorang produser ternyata jeli melihat jargon yang populer ini. Sonny Pudjisasono, produser dari Midessa Pictures mengangkat jargon ini menjadi judul film layar lebar terbaru. Ia bekerjasama dengan Kreativa Art untuk menggarap dan memasarkan film ini.
Ia juga mengajak Akhlis Suryapati yang pernah menggarap film “Lari dari Blora” pada tahun 2007 untuk menjadi sutradara. Akhlis Suryapati juga menjadi penulis skenario dari film ini. Para pemain yang akan berperan di film “Enak Tho Zamanku” adalah Dolly Martin yang berperan sebagai Pinuntun, Otig Pakis yang berperan sebagai Mbah Mangun, dan Ismi Melinda sebagai Retno. Juga ada Soultan Saladin yang berperan sebagai Saladin, Panji Addiemas yang berperan sebagai Darmo Gandul, dan Eko Samba yang berperan sebagai Gato Loco.
Sinopsis
Kisah di film bergenre crime dan drama ini berawal ketika terjadi penyarangan pada seorang pebisnis, yaitu Pinuntun dan juru goreng Mbah Mangun. Penyerangan ini dilakukan secara brutal oleh sekelompok orang. Setelah penyerangan ini terjadi, bisnis yang dikelola oleh Pinuntun beralih kendali ke tangan Saladin. Di sisi lain, Pinuntun memiliki seorang anak, yaitu Darmo Gandul yang sedang meninggalkan kampung halamannya untuk pencarian jati diri.
Setelah beberapa lama merantau dan mencari jati diri, Darmo Gandul kembali ke kampung halamannya. Ia bertemu dengan Retno yang merupakan seorang gadis penghibur. Retno tengah berusaha untuk menyelamatkan adiknya yang masuk ke jaringan penjualan wanita ke luar negeri. Retno ingin adiknya bebas dari penjahat-penjahat tersebut.
Selain Retno, Darmo Gandul juga menemukan banyak hal mengejutkan lainnya di kampung halamannya tersebut. Kerajaan bisnis yang selama ini dibangun oleh ayahnya sudah berubah menjadi kartel kejahatan. Darmo Gandul ingin mengembalikan bisnis ayahnya ke jalan yang seharusnya dan mengambilnya kembali dari tangan Saladin. Ia pun mulai merencanakan aksi perlawanan kepada Saladin.
Saat menjalankan rencananya ini, Darmo Gandul harus berhadapan dengan gerombolan Gato Loco yang merupakan kaki tangan dari Saladin. Darmo Gandul pun menyadari bahwa kekuasaan dan jaringan kejahatan Saladin tidaklah sesederhana yang ia dan orang-orang bayangkan. Ada konspirasi yang terdiri dari penjahat dan agen kelas internasional yang tergabung dalam jaringan tersebut. Mereka membentuk mata rantai grand design dengan tujuan menjadikan Saladin sebagai penguasa.
Film ini memang menceritakan sisi hitam dari seseorang yang terobsesi menjadi penguasa. Ia melakukan berbagai cara untuk meraih keinginannya ini. Film ini mendapat dukungan dari pemerintah di mana peluncuran syuting hari pertamanya langsung dilakukan oleh Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdijanto. Film ini juga tidak akan menggambarkan gemerlapnya kota Jakarta, karena proses pengambilan gambar dilakukan di Indramayu dan sekitarnya. Pada tanggal 12 April 2018 film ini sudah dapat dinikmati di bioskop seluruh Indonesia.
Jenis Film: Drama, Crime
Produser: Sonny Pudjisasono
Sutradara: Akhlis Suryapati
Penulis: Akhlis Suryapati
Produksi: Kreativa Art, Midesa Pictures
Pemain: Ismi Melinda, Panji Addiemas, Ratu Erina, Eko Xamba, Soultan Saladin, Otig Pakis, Dolly Marten
Tanggal rilis: 12 April 2018
Review
(belum ada)