Pengguna ponsel atau hape sekarang tidak perlu susah-susah mencari ponsel smart yang murah. Dengan budget satu jutaan, kita sudah bisa membawa pulang ponsel pintar android, bahkan iPhone. Kapasitasnya juga sudah mumpuni, mulai dari RAM yang rata-rata di atas satu giga, memori 16 GB, sampai kamera di atas 5 MP.
Menurut penelitian Digital GFK Asia pada 2016, orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 5,5 jam sehari untuk membuka hape. Katakanlah kita tidur 8 jam sehari. Artinya kita menggunakan 34,3 persen dari waktu bangun kita untuk membuka hape. Hape sudah menjadi kebutuhan utama dan bagian dari gaya hidup sehari-hari kita.
Tapi sayang, ponsel yang katanya pintar itu sebagian besar belum didukung oleh kapasitas baterai yang mumpuni. Saya ingat waktu masih menggunakan iPhone 5S, saya harus charge ponsel saya tiap 3-4 jam sekali. Begitu juga ketika saya menggunakan Blackberry 10, nggak sampai 12 jam, harus sudah ngisi lagi. Apalagi saat pakai Sony Docomo. Baterainya ancur bangetttt.
Aktivitas yang paling menghabiskan baterai adalah, apalagi kalau bukan membuka Facebook. Sisanya membalas WhatsApp, nonton Youtube sesekali. Padahal cuma itu doang, saya bukan gamer.
Bagi saya yang tinggal di Jakarta dimana perjalanan keluar rumah adalah perjuangan yang membuang-buang umur, hape berbaterai besar sangat penting. Power bank harus selalu ada dan terhubung dengan hape. Sering hal ini jadi menyebalkan karena harus mengatur letak power bank dan hape, menggenggam dua gajet, nambah kerjaan mengisi daya power bank sampai apes kalau lupa charge si power bank. Apalagi kalau kita bepergian menggunakan transportasi publik dan bukan mobil pribadi, harus lebih sigap saat di jalan.
Akhirnya saya pun memutuskan untuk sangat-sangat mempertimbangkan kapasitas baterai dalam membeli hape. Meski ada yang bilang kapasitas baterai bukan ukuran daya tahannya, tapi jarak di antara transistor dalam SoC. Kalau semakin pendek jaraknya, maka lebih dingin dan irit daya. Semakin dingin, maka semakin irit. Kira-kira begitu.
Tapi kapasitas besar tetap penting untuk menunjang performa yang besar pula. Bahkan bisa lebih baik lagi kalau kapasitas baterai besar dan hape dibuat lebih dingin.
Saya ketemu hape yang kapasitas baterainya besar. Tidak perlu saya sebutkan mereknya, cukup tau aja kapasitas baterainya 5000 mAH, harganya dua jutaan. Saya tidak peduli masih memiliki dua HP yang berfungsi dengan baik. Kedua hape lama saya pensiun dini.
Sejak saya punya hape baru dengan baterai 5000 mAH, power bank saya nyaris tidak digunakan. Hape diisi hanya sekali sehari sampai 100 persen yang bisa tahan seharian, sampai malam, bahkan sampai besoknya. Saya rajin membuka media sosial, nonton Youtube beberapa kali, baca komik dan balas pesan. Penggunaannya sama lah dengan hape sebelumnya.
Saya ingat hape yang dulu, dipakai dua jam saja, harus segera dihubungkan ke power bank. Sekarang tidak perlu lagi. Meski power bank masih saya bawa, tapi jarang banget dipake. Temen-temen saya yang malah suka minjem tuh power bank. Saya santai aja, malah ditanya, kok nggak pernah nge-charge.
Yah, saya sudah ganti hape ke yang baterainya smart. Jual smartphone dengan segala fitur canggih tapi baterainya cuma 2000 mAH, itu mah goblok.